Beberapa meter sebelum rel kereta api Cisauk ada toko yang sering membuat kami memutar otak. Memutar otak mencari cara lain untuk mengalihkan perhatian sekaligus menyiapkan penjelasan. Pengalihan dan penjelasan untuk si bungsu kami yang imannya selalu goyah setiap melewati toko itu. Toko itu menjual barang impian anak-anak. Ada sepeda motor trail , motor ATV dan sepeda motor balap. Persis yang digunakan Johny Pranata atau Popo Hartopo dulu. Semuanya dalam ukuran serba mini. Lengkap dengan ban pacul atau ban tahunya yang juga dalam ukuran mini. Malam itu kami kehabisan akal. Gara-garanya pintu rel kereta tertutup saat kami berada persis di depan hidung toko balap mini itu. Toko balap itu belum tutup. Cahaya lampunya terang benderang menyinari elok garis dan lekuk bodi sepeda motor yang dipajang. Aray terpesona dan betul-betul mengiler dibuatnya. Kami betul-betul keblinger meneguhkan iman Aray. Negosiasi yang alot dan lama dengan Aray berakhir dengan satu kesepakatan: harus beli...
Coret-coretan yang lahir gegara "dikutuk" berdiri lama di kereta