Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2019

Hotel California Effect

Foto sampul album Hotel California Istilah tercipta dan diciptakan dengan berbagai cara. Ada yang konsepnya muncul dulu , lalu dicarikan cangkangnya. Atau sebaliknya, ada cangkang, kemudian, dicarikan jodoh konsepnya atau situasi yg tengah berlangsung. Alasan "perjodohan" pun macam-macam, yang paling sering karena kesamaan. Istilah genosida, contohnya, adalah konsep yang mencari cangkang. Ceritanya seorang pengacara Yahudi berkebangsaan Polandia yang menciptakannya tahun 1944. Dia memadukan kata Yunani geno s (ras, suku) dengan kata Latin cide (pembunuhan) untuk mewadahi konsep pembunuhan sistemis terhadap orang-orang Yahudi oleh Nazi. Jadilah genocide . Bahasa Indonesia menyerapnya menjadi genosida. B isa juga karena kemiripan. Contoh yang paling mudah adalah istilah cakar ayam yang digunakan di ranah konstruksi bangunan. Tersebut salah seorang pejabat PLN Ir. Sedyatmo, yg namanya diabadikan menjadi nama salah satu ruas tol, sebagai penemunya. Pak Sedyatmo

Child in Time

Sampul album ulang tahun ke-25 Deep Purple Lagu ini, katanya, bentuk protes terhadap   perang Vietnam yg berlangsung dr 1957--1975 antara kubu komunis (Vietnam Utara) dan Seato (Vietnam Selatan). Seato itu Nato-nya Asia Tenggara, yg dibikin untuk menghambat gerakan komunis di wilayah ketika itu. Pakta pertahanan itu bubar karena tujuannya tak sepenuhnya tercapai. Amerika kalah di Vietnam. Bahkan, tahun 1976 kedua Vietnam bersatu dan menjadi negara komunis sampai sekarang: meledek banget. Setahun kemudian Seato mau tak mau harus gulung lapak. Child in Time yg dirilis Deep Purple tahun 1972 adalah lagu mengenai perang. Di liriknya berseliweran bullet, shooting, hit, ricochet, bad, dan sebagainya. Tak hanya itu, lengkingan suara vokalis ikut meramaikan suasana. Simak saja jeritan Ian Gillan yang beroktaf-oktaf. Memang tak semelengking jeritan Michael Matijevic, vokalis Steelheart dalam She's Gone . Akan tetapi tetap saja gabungan jeritan dengan amunisi perang t

E=mc2 = Aku

Saat diskusi bedah buku Chairil Anwar Selasa (8/10/19) lalu salah seorang pembedah mengatakan, kira2 begini:    puisi dan sajak merupakan puncak-puncak dari    hierarti berwacana dan berdialektika manusia. Bentuk-bentuk yang singkat dan padat merupakan ringkasan pergumulan dan pencerapan pemuisi atas isu yg merasukinya, demikian penjelasannya. Menarik juga pendapat kawan tadi tentang puncak berpikir. Kita ambil contoh salah satu puisi legendaris Chairil Anwar: Aku. Puisi itu dianggap sebagai jenis puisi baru untuk masa itu. Pembaru karena, sekurang-kurangnya, ada semangat mengingkari zamannya di puisi itu. Aku, kata pembedah tadi, mewakili "aku ekstensial" yg kala itu baru merambahi horizon kecendekiaan Eropa. Hanya bau-baunya yg memendar ke mana-mana, termasuk ke Indonesia. Kalau benar diskursus di atas tentang aku ekstensial yang diusung oleh sajak terkenal si Binatang Jalang. Tak salah lagi, hal itu memerlukan penjelasan berjilid-jilid. Butuh pematangan dari

Yoni dan Lingga

Di salah satu Candi Ijo yang sedang direstorasi ada semacam perabot yang berada di tengah ruang. Perabot itu berlubang di bagian pusatnya. Lubang itu berada tepat di tengah sesuatu yang kalau dipatut-patut memang terlihat sesuai dengan namanya: yoni.   Yoni itu berpasangan dengan lingga. Lingga dan yoni yang seringkali ditemukan di candi terutama candi pemujaan dewa Siwa adalah visualisasi dari phallus dan vagina. Pada umumnya pasangan itu digambarkan melalui simbolisasi. Lingga salalu berbentuk batangan dan panjang de ngan segala variasinya. Yoni melulu berupa benda mendatar yang memiliki liang di pusatnya dengan segala variasinya pula. Tidak hanya simbol. Di Candi Sukuh, lingga dan yoni divisualisasi dengan sangat identik. Bahkan ada relief patung orang laki2 sedang memegang lingganya: dengan bangga. Masih banyak visualisasi lingga dan yoni dalam berbagai wacana dan konteksnya di berbagai candi. Semuanya berada dalam candi. Bangunan suci untuk memuja dewa dewi. Ap