Sampul album ulang tahun ke-25 Deep Purple |
Lagu ini,
katanya, bentuk protes terhadap perang
Vietnam yg berlangsung dr 1957--1975 antara kubu komunis (Vietnam Utara) dan
Seato (Vietnam Selatan). Seato itu Nato-nya Asia Tenggara, yg dibikin untuk
menghambat gerakan komunis di wilayah ketika itu.
Pakta
pertahanan itu bubar karena tujuannya tak sepenuhnya tercapai. Amerika kalah di
Vietnam. Bahkan, tahun 1976 kedua Vietnam bersatu dan menjadi negara komunis
sampai sekarang: meledek banget. Setahun kemudian Seato mau tak mau harus
gulung lapak.
Child in
Time yg dirilis Deep Purple tahun 1972 adalah lagu mengenai perang. Di liriknya
berseliweran bullet, shooting, hit, ricochet, bad, dan sebagainya. Tak hanya itu,
lengkingan suara vokalis ikut meramaikan suasana. Simak saja jeritan Ian Gillan
yang beroktaf-oktaf.
Memang tak
semelengking jeritan Michael Matijevic, vokalis Steelheart dalam She's Gone.
Akan tetapi tetap saja gabungan jeritan dengan amunisi perang tadi menambah
seram jeritan Ian dibanding Michael. Apalagi Michael menjerit hanya gara-gara kehilangan pacar doang.
Dilihat dari judul lagu, sebenarnya tidak menakutkan. Tak ada bau-bau seram macam Zombie-nya
Cranberries, War Pig-nya Black Sabbath yg juga bercerita tentang perang Vietnam,
atau Spanish Bomb besutan The Clash yang tentang perang sipil Spanyol itu.
Apalagi selugas Drone Bombs Me, lagu Anohni tentang perang Afganistan.
Judul sama
isi lagu sebenarnya tak nyambung. Ada yg bilang kalo frasa "in time"
itu kira-kira bermakna "eventually" atau "the time will come"
dan berkaitan dengan bait berikutnya "You'll see the line". Trus,
kalau demikian kenapa dipisah: pertanyaan berikutnya. Menurut saya sih, itu agar
provokatif dan bikin penasaran saja. Agar dagangannya laris.
Liriknya
juga segendang sepenarian. Dari 21 bait lagu yang ada, 12 di antaranya hanya
berisi jeritan "aaa" dan "ooo" si Ian. Dari jeritan biasa macam orang dikelitikin
sampai jeritan seperti orang dicabuti bulu hidungnya. Jeritan itu paling
nyaring dari semua jeritan yg ada di seluruh lagu Deep Purple. Sekelas dengan
jeritan Freddy Mercuri di lagu Under Pressure yang, konon, sampai menyentuh
nada A5.
Mungkin betul juga
kata sebagian orang bahwa tak terlalu penting lagu harus nyambung dengan judul
atau liriknya. Yang penting adalah klik dengan kuping, karena musik makanan
kuping, bukan mainan mata. Tak salah kalo Lars Ulrich, si pentolan Metallica selalu
merasa luar biasa setiap kali mengupingi lagu yg satu itu. Padahal, akunya, doi
sudah mendengarkan lagu tersebut sampai 92.000 kali lebih!
Komentar
Posting Komentar