1.
Latar Belakang
Bangkalan merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang secara
geografis berada di bagian paling barat dari pulau Madura. Letak Bangkalan yang
berada di ujung Pulau Madura sangat menguntungkan karena berdekatan dengan Kota
Surabaya yang merupakan pusat perdagangan di Jawa Timur. Sealain itu, kabupaten
ini juga merupakan pintu gerbang pulau Madura baik darat maupun laut. Pembangunan
jembatan Suramadu (Surabaya-Madura) yang menghubungkan jalur darat antara
Surabaya dan Bangkalan serta pelabuhan laut internasional dan terminal peti
kemas Kamal sangat berdampak positif bagi kemajuan kabupaten Bangkalan. Hal
tersebut menyebabkan aktivitas ekonomi, interaksi, dan mobilisasi masyarakat
kabupaten Bangkalan menjadi lebih tinggi dari kabupaten lain. Bangkalan
merupakan kabupaten yang paling banyak mendapat ‘berkah’ dari keberadaan jembatan
Suramadu dan pelabuhan Kamal.
Keberadaan
jembatan Suramadu dan pelabuhan Kamal membawa pengaruh besar pada semua lini
kehidupan masyarakat terutama di daerah Bangkalan. Tingginya intensitas
interaksi dan komunikasi dengan masyarakat luar secara langsung dan tidak
langsung juga berpengaruh terhadap bahasa Madura pada umumnya dan bahasa Madura
di kabupaten Bangkalan khususnya. Penelitian tentang bahasa Madura di Bangkalan
perlu dilakukan untuk melihat perubahan bahasa Madura di kabupaten Bangkalan.
Penelitian
tentang geografi bahasa Madura atau dialek bahasa Madura di kabupaten Bangkalan
belum banyak dilakukan. Setakat ini baru terdapat penelitian geografi bahasa
Madura. Sekurang-kurangnya terdapat tiga penelitian yaitu dilakukan oleh
Soetoko dkk (1986) tentang “Pemetaan Bahasa Madura di Pulau Madura”, Soetoko
dkk (1998) melakukan penelitian tentang “Geografi Dialek Bahasa Madura” yang
diterbitkan oleh Pusat Bahas, dan tesis Munawarah (2007) berjudul “Variasi
Bahasa Madura di Jawa Timur: Sebuah Kajian Geografi Dialek”. Dengan demikian,
penelitian geografi dialek bahasa Madura di kabupaten Bangkalan belum pernah
dilakukan.
2 . Kabupaten Bangkalan Sekilas
Kabupaten
Bangkalan dengan luas wilayah kurang lebih 1.260 km2 terletak antara
112o40 06 113o08 04 Bujur Timur dan 6o51 39 7o11 39
Lintang Selatan. Kabupaten ini berbatasan dengan kabupaten Sampang di sebelah
timur. Di sebelah barat berbatasan dengan selat Madura/kabupaten Gresik. Di
sebelah utara dibatasi oleh Laut Jawa, sedangkan di sebelah selatan berbatasan dengan selat Madura/kota Surabaya.
Secara administratif kabupaten Bangkalan terdiri dari 18 kecamatan, 273 desa
dan 8 kelurahan.
PETA KABUPATEN BANGKALAN
keberadaan
Bangkalan di ujung Pulau Madura sangat menguntungkan karena berdekatan dengan
Kota Surabaya yang merupakan pusat perdagangan di Jawa Timur. Karena letaknya
yang paling dekat dengan pulau Jawa
ditambah dengan keberadaan jembatan Suramadu
menjadikan Bangkalan sebagai pintu gerbang berbagai kegiatan lalu lintas
barang dan jasa. Kabupaten Bangkalan termasuk dalam Pengembangan Kota Surabaya
atau yang lebih dikenal dengan Surabaya
Urban Development Policy yang merupakan pusat pertumbuhan ekonlomi di
Provinsi Jawa Timur.
3. Variasi Dialek Bahasa Madura
Bahasa
Madura dituturkan oleh suku yang tinggal di pulau Madura dan beberapa pulau
kecil disekitarnya serta beberapa daerah di pesisir timur pulau Jawa. Selain
itu, bahasa Madura juga dituturkan oleh suku Madura di beberapa daerah lain di
luar daerah asal. Terdapat beberapa daerah yang tercatat merupakan
kantong-kantong suku Madura seperti Kalimantan Selatan serta beberapa pulau
kecil lainnya.
SIL
(Summer Institute of Linguistics)
dalam Mahsun (2008) menyebutkan bahwa terdapat enam dialek bahasa Madura,
yaitu: Bawean (Boyan), Bangkalan (BAngkalon), Pamekasan (Pamekesan), Sampang,
Sapudi, dan Sumenep. Namun, berdasarkan perhitungan dialektometri, kelima
dialek terakhir termasuk dalam perbedaan subdialek karena persentase perbedaan
berkisar 31—50%.
Berbeda
dengan SIL, Soegianto dkk. (1986) menunjukkan bahwa bahasa Madura di Pulau
Madura mempunyai tiga variasi dialek, yaitu dialek Bangkalan, dialek Pamekasan,
dan dialek Sumenep. Ketiga dialek
tersebut memiliki ciri tertentu. Khusus untuk dialek Bangkalan dapat dikenali
dari intonasi yang cepat dan beberapa perbedaan leksikal (lihat Sofyan 2003,
Soetoko 1998). Soetoko (1998) melalui
penelitiannya menyimpulkan bahwa dialek Sumenep merupakan dialek yang paling
relik yang tidak memiliki varian inovatif, sedangkan dialek Bangkalan merupakan
dialek yang paling inovatif dan sama sekali tidak memiliki ciri varian relik.
Hal tersebut dikarenakan Sumenep secara kultural dan geografis terisolasi,
sedangkan Bangkalan merupakan kota yang penting secara ekonomis karena dekat
dengan Surabaya, kota pusat perdagangan.
4. Mazhab yang Digunakan
Penelitian kecil ini menggunakan mazhab Prancis. Hal
tesebut dapat dilihat dari beberapa hal, seperti daftar tanyaan di lapangan
yang bersumber pada Pop dan memasukkan kosakata dasar Swadesh. Dari segi teknik
pemetaan, penelitian ini menggunakan sistem lambang seperti yang biasa
digunakan mazhab Prancis.
5. Analisis Data
a. Berdasarkan Interpretasi
Penghitungan Dialektometri
Berdasarkan
penghitungan dialektometri, dari kesepuluh peta yang dibandingkan diperoleh
pembagian sebagai berikut.
- Tidak beda dengan presentase 0 – 20% terdapat pada titik pengamatan 1-2, 1-3, 1-5, 2-3, 2-4, 3-4, 3-5, 3-6, 4-6, 4-8, 4-9, 5-6, 5-10, 6-8, 6-10, 7-11, 7-12, 8-9, 8-10, 8-13, 9-13, 9-14, 10-13, 11-12, 13-14, 13-18, 14-18, 15-17, 15-19, 16-17, 16-20, 17-19, 17-20, dan 19-20.
- Perbedaan wicara dengan presentase 21% -- 30% ditunjukkan oleh titik pengamatan 5-7, 7-10, 10-12, 11-16, 12-15, 12-16, dan 12-17.
- Perbedaan subdialek dengan presentase sebesar 31% -- 50% terdapat di daerah pengamatan 1-7.
- Perbedaan dialek dengan presentase 51% -- 80% ditunjukkan oleh daerah pengamatan 10-15, 13-15, 15-18, dan 18-19.
Hasil
dia atas dapat member gambaran bahwa pada umumnya jarak kosakata yang muncul
ialah 0%--20% yang berarti bahwa secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan
dialek. perbedaan dialek hanya muncul di segelintir titik di wilayah tengah
sampai timur yang berbatasan dengan kabupaten Sampang.
b. Berdasarkan Interpretasi Berkas Isogloss
Berdasarkan
berkas isoglos terlihat penyebaran kosakata yang memperlihatkan gejala
pembagian daerah kebahasaan. Terdapat 2 pola sebar berian yang terbentuk
melalui arah gerak isogloss.
- Pola sebar berian A. Peta-peta yang membentuk pola berian A adalah peta (3) BOTOL, (4) UBI, (5) BAYAM, (7) TUAK, (9) ITU, dan (10) DENGAN. Berian tersebut digunakan mulai dari sebelah timur kabupaten Bangkalan yang berbatasan dengan wilayah Sampang yaitu sekitar daerah Kokop dan Konang. Kemudian menyebar ke arah utara dan barat yang berbatasan dengan laut Jawa dan selat Madura yaitu sekitar daerah Geger, Bangkalan dan Arusbaya.
- Pola berian B. Peta-peta yang membentuk pola berian B adalah peta (2) TIANG dan (8) KAMU. Berian tersebut digunakan mulai dari arah timur yang berbatasan dengan kabupaten Sampang sampai ke arah barat yang berbatasan dengan selat Madura yaitu sekita daerah Blega, Galis, Tanahmerah, Burne, dan Bangkalan.
6.
Simpulan
Tersambungnya
Madura dan Jawa melalui jalan darat dengan jembatan Suramadu membawa berkah dan
perubahan terhadap Bangkalan. Hal tersebut disebabkan letak kabupaten Bangkalan
di ujung barat pulau Madur yang menjadi pintu gerbang lalu lintas barang dan
jasa. Hal tersebut berimbas kepada
banyak hal termasuk ke bidang sosial budaya yang mencakup bahasa. Secara umum,
kabupaten Bangkalan menggunakan dialek bahasa Madura yang sama kecuali beberapa
daerah sebelah timur yang berdekatan dengan kabupaten Sampang yaitu sekitar
daerah Kokop dan Konang. Beberapa daerah lain yang berbeda subdialek ialah
sekitar daerah Geger, Arusbaya, dan Bangkalan.
Pustaka Terkait
Ayatrohaedi.
1979. Dialektologi. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional
Lauder,
Multamia, R.M.T. 1993. Pemetaan dan
Distribusi Bahasa di Tangerang. Jakarta: Proyek Penelitian dan Pembinaan
Bahasa dan Sastra Indonesia dan daerah Jakarta
Mahsun
et al. 2008. Bahasa dan Peta Bahasa di Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa
Munawarah,
Sri. 2007. Variasi Bahasa Madura di Jawa
Timur: Sebuah Kajian Geografi Dialek. Tesis. Fakultas Ilmu Pengetahuan
Budaya Universitas Indonesia. Depok
Soetoko
dkk. 1986. Pemetaan Bahasa Madura di
Pulau Madura. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional
--------------. 1998. Geografi
Dialek Bahasa Madura. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Sofya,
Ahmad. 2008. Tata Bahasa BAhasa Madura. Sidoarjo:
Balai Bahasa Surabaya
---------------------. 2008. Variasi, Kaunikan, dan Penggunaan Bahasa Madura. SIdoarjo: Balai
Bahasa Surabaya.
Komentar
Posting Komentar