Suatu
ketika saya dikritik oleh sesama anggota grup WA karena mengamini doa dengan
salah. Salah, karena tulisan "amin" saya kurang huruf, sehingga mudah
disalahartikan. Seharusnya "aamiin" katanya. Entah disalahartikan oleh sesama pembaca atau oleh
Allah. Padahal saya mengamini utk berdoa pada Tuhan yang Maha Mengetahui dan
Maha Berilmu, bukan kepada sesama anggota grup.
Pada
kesempatan lain di grup sebelah. Sebagai pembaca senyap (silent reader), saya mengikuti obrolan
tentang pakaian. Seorang kawan mengunggah fotonya sedang berjubah dan bertopi
haji sambil mengajak kami berpakaian
secara islami. Anggota grup lain membalas dengan foto yg sama: berjubah dan
berpeci plus bersurban. Saya belum yakin apakah benar pakaian islami itu jubah
dan peci?
Beberapa
saat lalu, kami pergi membesuk anak kawan di rumah sakit. Kawan tadi adalah
keluarga Katolik Jawa. Waktu rombongan kami datang, kawan tadi sedang bersama
keluarga besarnya.
Setelah berbasa-basi sejenak dengan keluarga si sakit (sohibulmusibah) tadi dan anggota keluarganya, salah seorang anggota rombongan kami meminta waktu berdoa. Kawan
itu yang berjubah dan bertopi haji serta berjenggot ingin bersama-sama
mendoakan si sakit dan dia akan memimpin doa.
Setelah
mengucapkan salam lengkap secara Islam, kawan berjubah tadi berulang-ulang
mengatakan bahwa penyakit itu datang dan akan diangkat oleh Allah Subhaanahu
Wataala: terminologi Tuhan untuk orang Islam. Lalu kawan berjubah tadi memimpin doa dalam bahasa Arab full sambil menadahkan
tangannya. Hadirin tidak ada yang terdengar mengamini. Mungkin mereka lakukan
dalam hati.
Doa itu
dibacakan dengan menghadap ke si anak balita yang sakit yang sedang digendong
ibunya. Ibunya mengangguk-angguk, yang saya rasa, lebih sebagai bentuk
kesopanan dan penghargaan. Anggota keluarga yg lain ada yang memejamkan mata.
Entah untuk menambah kekhusukan atau mengalihkan pikiran. Saya lebih setuju
mereka meram untuk mengalihkan pikiran.
Di grup
WA lain yang bertema khusus saya, sebagai admin, pernah menegur anggota grup
untuk mengirimkan materi yang sesuai. Ada kawan anggota grup yang rajin
mengirimkan materi tentang agama yang tak ada kaitannya dengan keberadaan grup.
Materi tersebut disalin dari grup lain dan ditempel begitu saja di grup kami. Sementara
anggota grup beragam agamanya.
Setelah
ditegur, pos tak sesuai tadi berkurang sebelum akhirnya hilang. Yang menarik adalah:
kawan-kawan anggota grup berbeda agama mengapresiasi langsung teguran saya di grup.
Ternyata mereka terganggu dengan cara dakwah seperti itu. Saya maklum karena bisa merasakan
ketidaknyamanan kalau saya di posisi mereka.
Simpulan
saya: tidak salah kalau Rasul mengajarkan kita lewat teladan beliau tentang
cara berdakwah. Tidak ada paksaan dalam agama, kata Allah melalui lisan mulia
Rasulnya. Paksaan itu tidak selalu berarti berdakwah dengan cara-cara kekerasan dan
pemaksaan. Untuk saat ini, cara-cara di atas dapat juga masuk kategori memaksa,
karena alih-alih bersimpati dengan imbauan, cara-cara tidak sesuai, bahkan, dapat menimbulkan antipati. Hati yang sudah
antipati sangat susah menerima hidayah. Wallahua'lam
Komentar
Posting Komentar