"Ayah temenin dari kasur aja, ya, Ray? Ga usah di samping Aray". Kataku sambil terkantuk-kantuk ketika diminta Aray tidur menemaninya di kasur kecil di bawah. Dia biasa minta dikawani kalau menonton kanal Youtube Kids kesukaannya. Sepertinya dia takut. Mungkin masih terbayang tontonan seram yang sering tak sengaja dilihatnya.
"Iya, Yah. Nanti kalau ada hantu, nih, Ayah teriak aja dari sana: woi.. ngapain, kamu! Terus hantunya kaget dan langsung bilang: maaf, maaf, maaf," kata Aray sambil bersedekap menirukan gaya hantu minta maaf. Aku tergelak membayangkan hantu yang seram terbungkuk-bungkuk bersedekap minta maaf karena ketahuan mau menggodanya.
"Iya, Yah. Nanti kalau ada hantu, nih, Ayah teriak aja dari sana: woi.. ngapain, kamu! Terus hantunya kaget dan langsung bilang: maaf, maaf, maaf," kata Aray sambil bersedekap menirukan gaya hantu minta maaf. Aku tergelak membayangkan hantu yang seram terbungkuk-bungkuk bersedekap minta maaf karena ketahuan mau menggodanya.
Mengenai
hantu, kalau benar, yang suka menakuti anak-anak saya teringat film keluaran
Pixar tahun 2001, Monster Inc. Film itu bercerita tentang kota para hantu lucu
yang listriknya ditenagai dari teriakan anak-anak. Pekerjaan para hantu di sana
adalah menakuti anak-anak agar menjerit. Energi jeritan anak itu digunakan
sebagai PLTA eh PLT-JA (Jeritan Anak).
Kok, inisialnya mirip-mirip inisial belakang nama seorang "tokoh
nasional" yang sedang viral ya?
Jeritan dan teriakan
yang dapat dipanen menjadi energi tertentu, seperti listrik, mungkin ada
dasarnya. Dalam teriakan terkandung energi yang bisa menyalakan dan memadamkan
semangat. Semangat itu yang lalu bisa memicu apa saja, termasuk listrik. Atlet bola voli,
misalnya, meneriakkan yel tertentu sebelum bertanding untuk menyemangati tim agar menang. Auman
harimau sebaliknya, mampu meruntuhkan semangat mangsanya.
Pekik perang yang
dalam bahasa Inggris disebut battle cry adalah
contoh lain teriakan yang menjadi energi yang menyalakan semangat sekaligus
memadamkan. Teriakan "geronimo" misalnya, menjadi andalan pasukan
terjun payung Divisi ke-101 Amerika pada Perang Dunia II yang ceritanya
melegenda. Salah satunya diangkat di film Band of Brothers yang berseri-seri
yang disutradai oleh Spielberg. Tak hanya meneriakkan nama si chief Indian pemberani itu, mereka bahkan
mencukur rambut bak Mohawk dan mengecat muka ala tradisi para pejuang anak buah
Geronimo .
Pasukan Romawi kuno
juga terkenal dengan auman "barritus'-nya. Teriakan barritus itu disertai dengan posisi perisai
sedemikian rupa di depan mulut sehingga teriakan perang itu seperti diberi amplifier. Suara kresendo yang terdengar
menggema ke semua penjuru. Bayangkan kalau teriakan itu keluar dari mulut
ribuan bahkan puluhan ribu pasukan. Bisa belipat-lipat gaungnya melebihi suara
suporter Jakmania waktu perpisahan dengan Bambang Pamungkas di Gelora Bung
Karno tempo hari.
Takbir juga tercatat
sebagai battle cry. Pertama kali
Rasulullah menggunakan takbir untuk membangkitkan semangat pasukan mukmin pada
perang Uhud. Sekarang
ini penggunaan takbir, selain dalam ritual agama, lebih luas lagi. Takbir
banyak digunakan dalam kegiatan sosial massal seperti membangun masjid atau
rumah. Bahkan ada demonstran yang bertakbir dalam aksinya.
Tahun 90-an sebuah
film yang dilakoni Schwarzenegger pernah diturunkan dari bioskop di Indonesia
gegara ada takbirnya. Bukan takbir yang menjadi masalah tapi di mana dan siapa
yang bertakbir. Arnold di film berjudul True Lies itu, seperti biasa, menjadi lakon
anti-kalah dalam memerangi teroris yang bertakbir sebelum beraksi jahat. Itu
film pertama yang menyalahgunakan takbir, sekurang-kurangnya yang tayang, di
Indonesia.
Tentara
Gurkha yang terkenal memiliki pekikan perang yang mirip bahasa Indonesia: Ayo Gorkhali!
Artinya kira-kira: pasukan Gurkha ada di sisimu. Tak aneh kalau tahun 2017 lalu
aksi solo pensiunan tentara Gurkha
membuat terbirit-birit 40 orang penyamun bersenjata di kereta Maurya Express di
India. Bisnu, nama pensiunan itu hanya bersenjatakan khukri, belati
melengkung senjata organik Gurkha yang legendaris. Pekikan perangnya melelehkan
nyali para perampok kereta.
Kembali ke Aray
tadi. Kalau Aray tak mau sendirian, mungkin bukan karena takut tapi karena ogah menyumbangkan energi pekikannya untuk menghidupi
listrik PLT-JA kota hantu he he...
*Mulai ditik
sambil berdiri di depan priority seats
di gerbong KRL Parungpanjang-Tanabang
dan disudahi sambil duduk di non-priority seat bus
Transjakarta Tosari-Pulogadung. :)
Komentar
Posting Komentar