Teh Turki atau çay berasal dari bahasa Arab شاي (sya:y) yg artinya, iya, teh. Ç cedilla atau c berdiakritik bawah itu dilafalkan seperti /c/ dalam "cinta", sedangkan /c/ polos Turki dibaca seperti /j/ dalam "jet". Terus, /j/ bagaimana? Huruf /j/ mereka bunyikan seperti /j/ Prancis. Kira2 mirip /zh/ atau /z/ kita. Untuk menampung fonem yg kaya mereka "terpaksa" menggunakan diakritik. Tidak hanya konsonan, vokal mereka jg berdiakritik, contohnya nama Mesut Özil.
Cay rasanya lebih kelat. Rasa kelat itu tersisa di tenggorokan beberapa saat setelah diteguk. Teh kelat itu istimewa, mulai dr tulisannya, bahan, takaran, suhu waktu dipanaskan sampai tadah dan gelasnya, semuanya tertentu. Gulanya juga khusus, gula putih berbentuk kotak yg tinggal ditambahkan mata di keenam sisinya, jadilah dia dadu, bisa untuk main ular tangga.
Gula itu bukan gula batu kita yg kerasnya kayak akik. Gula itu adalah gula pasir halus sekali yg dipadatkan menyerupai kotak. Mungkin satu biji sama dengan satu sendok-obat gula kita. Saya biasa pakai empat biji. Anda terserah. Tinggal pilih mau berapa biji, sesuai derajat kepahitan diri kita masing-masing ;)
Tidak saja bahan dan cara memanaskannya ditentukan, tadah dan gelasnya juga. Tadahnya putih dan gelasnya tembus pandang berbentuk bulat berpinggang ramping yang melebar di bagian atas dan bawahnya. Mirip-mirip gitar Spanyol tanpa leher: semlohay dan bahenol. Kadang ada yg berikat pinggang emas segala. Umumnya, selalu sama di mana saja.
Kedai-kedai teh kompak menggunakan gelas berpinggang ramping tersebut. Di mana saja di Istanbul bertemu gelas itu pasti isinya cay. Atau dibalik: di mana saja orang minum cay di Istanbul pasti pakai gelas mini semblohay itu. Saya pernah coba pakai jasa nambo Google cari kata kunci "turk cay" atau "turkish cay", hasilnya idem.
Tidak hanya bahan, cara memasak, dan tempat penyajiannya saja yang khusus. Masih ada: cara membuatnya manis juga tidak sama dengan teh biasa. Setelah dihidangkan, masukkan gula dadu sesuai keperluan. Setelah itu tunggu, jangan diaduk dulu. Gula kotak itu mandiri, dia akan melarutkan dirinya sendiri. Sendok hanya perlu untuk meratakan manisan gula ke seluruh penjuru air teh. Entah gulanya yg sakti entah cay-nya.
Kali ini saya menyeruput cay itu di salah satu sudut toko di Grand Bazaar. Tempatnya mojok sekali, hampir mustahil mencari tempat itu. Terduduk di sana juga karena keajaiban: lagi muter2 mencari pertokoan indoor seperti di gambar2. Yang dicari ga ketemu, yg bersua justru kedai cay. Kedai itu berada di sudutnya sudut, tertutupi oleh toko jilbab. Mata yg tak tahan melihat lekukan pinggang gelas itu yg keluar-masuk dr sana mengantar pantat saya menduduki salah satu kursinya.
Tampak pula orang membawa baki berisi gelas2 cantik itu penuh sampai lehernya dengan cairan tembus pandang berwarna seperti teh. Entah disebut apa warna teh itu, cokelat tidak, merah bukan, hitam apalagi. Mungkin lebih tepat disebut namanya saja, seperti cokelat, yang nama, rasa, dan warnanya sama. Jadi teh itu warnanya teh atau cay seiras dengan rasa dan namanya...he he
Kedai yg memojok itu memiliki sekitar enam meja. Dua di luar, empat di dalam kedai. Setiap meja dijaga oleh empat kursi. Sepasang di depan, sepasang di belakang. Kesemua kursi itu juga tidak normal: tampaknya sesuai dengan pakem cay, selalu tidak pasaran. Kursi dan meja di sana lebih besar sedikit dari punya anak TK dan lebih kecil banyak dari kursi dan meja anak SMA.
Belum habis. Nampan utk membawa gelas2 cay juga khusus, bentuknya bulat dari besi dan ada tiga besi lain yang menyatu dengan tiga sisi nampan. Besi2 itu menjulang ke atas, membengkok, dan bertemu dengan pengait berhulu bundar berlubang di tengah. Besi2 pengait itu terbuat dari kuningan.
Kegunaan hulu bundar berlubang itu banyak. Selain untung menggantungkannya di paku juga dapat berfungsi menyibukkan pemilik kedai mencari paku untuk menggantungkan nampan. Bingung, kan? :)
Çay semblohay itu sangat tenar, di mana saja kita menemukan orang sedang mengeteh dengan gelas itu. Di tengah pasar, di pinggir jalan, di sekitaran musala atau masjid, di restoran gede, bahkan di kampus. Pemandangan orang sedang memegang gelas, mengobrol didampingi gelas atau sedang mengadu bibir dengan bibir gelas teh ada di mana2.
Mas penjaga toko buku Homerkitabevi, di sekitar lapangan Sultan Ahmed, berpendapat lain. Tradisi Turki sebenarnya adalah ngopi, katanya, sambil menawari saya diskon 50% untuk buku tentang tradisi ngopi di Turki. Apapun cerita buku itu, kenyataan sebenarnya saat ini agak berbeda, saya kira, tapi entahlah kalau saya jadi membeli buku kopi itu juga.
Untuk sementara saya simpulkan bahwa di Eropa hanya ada satu setengah negara yang memiliki tradisi minum teh yang kuat, yaitu Inggris dan Turki. Kenapa satu setengah? Inggris dihitung satu, penuh. Sementara Turki hanya separuh. Separuhnya nyemplung ke Eropa, sepotong lagi masih di Asia... he he
Cay rasanya lebih kelat. Rasa kelat itu tersisa di tenggorokan beberapa saat setelah diteguk. Teh kelat itu istimewa, mulai dr tulisannya, bahan, takaran, suhu waktu dipanaskan sampai tadah dan gelasnya, semuanya tertentu. Gulanya juga khusus, gula putih berbentuk kotak yg tinggal ditambahkan mata di keenam sisinya, jadilah dia dadu, bisa untuk main ular tangga.
Gula itu bukan gula batu kita yg kerasnya kayak akik. Gula itu adalah gula pasir halus sekali yg dipadatkan menyerupai kotak. Mungkin satu biji sama dengan satu sendok-obat gula kita. Saya biasa pakai empat biji. Anda terserah. Tinggal pilih mau berapa biji, sesuai derajat kepahitan diri kita masing-masing ;)
Tidak saja bahan dan cara memanaskannya ditentukan, tadah dan gelasnya juga. Tadahnya putih dan gelasnya tembus pandang berbentuk bulat berpinggang ramping yang melebar di bagian atas dan bawahnya. Mirip-mirip gitar Spanyol tanpa leher: semlohay dan bahenol. Kadang ada yg berikat pinggang emas segala. Umumnya, selalu sama di mana saja.
Kedai-kedai teh kompak menggunakan gelas berpinggang ramping tersebut. Di mana saja di Istanbul bertemu gelas itu pasti isinya cay. Atau dibalik: di mana saja orang minum cay di Istanbul pasti pakai gelas mini semblohay itu. Saya pernah coba pakai jasa nambo Google cari kata kunci "turk cay" atau "turkish cay", hasilnya idem.
Tidak hanya bahan, cara memasak, dan tempat penyajiannya saja yang khusus. Masih ada: cara membuatnya manis juga tidak sama dengan teh biasa. Setelah dihidangkan, masukkan gula dadu sesuai keperluan. Setelah itu tunggu, jangan diaduk dulu. Gula kotak itu mandiri, dia akan melarutkan dirinya sendiri. Sendok hanya perlu untuk meratakan manisan gula ke seluruh penjuru air teh. Entah gulanya yg sakti entah cay-nya.
Kali ini saya menyeruput cay itu di salah satu sudut toko di Grand Bazaar. Tempatnya mojok sekali, hampir mustahil mencari tempat itu. Terduduk di sana juga karena keajaiban: lagi muter2 mencari pertokoan indoor seperti di gambar2. Yang dicari ga ketemu, yg bersua justru kedai cay. Kedai itu berada di sudutnya sudut, tertutupi oleh toko jilbab. Mata yg tak tahan melihat lekukan pinggang gelas itu yg keluar-masuk dr sana mengantar pantat saya menduduki salah satu kursinya.
Tampak pula orang membawa baki berisi gelas2 cantik itu penuh sampai lehernya dengan cairan tembus pandang berwarna seperti teh. Entah disebut apa warna teh itu, cokelat tidak, merah bukan, hitam apalagi. Mungkin lebih tepat disebut namanya saja, seperti cokelat, yang nama, rasa, dan warnanya sama. Jadi teh itu warnanya teh atau cay seiras dengan rasa dan namanya...he he
Kedai yg memojok itu memiliki sekitar enam meja. Dua di luar, empat di dalam kedai. Setiap meja dijaga oleh empat kursi. Sepasang di depan, sepasang di belakang. Kesemua kursi itu juga tidak normal: tampaknya sesuai dengan pakem cay, selalu tidak pasaran. Kursi dan meja di sana lebih besar sedikit dari punya anak TK dan lebih kecil banyak dari kursi dan meja anak SMA.
Belum habis. Nampan utk membawa gelas2 cay juga khusus, bentuknya bulat dari besi dan ada tiga besi lain yang menyatu dengan tiga sisi nampan. Besi2 itu menjulang ke atas, membengkok, dan bertemu dengan pengait berhulu bundar berlubang di tengah. Besi2 pengait itu terbuat dari kuningan.
Kegunaan hulu bundar berlubang itu banyak. Selain untung menggantungkannya di paku juga dapat berfungsi menyibukkan pemilik kedai mencari paku untuk menggantungkan nampan. Bingung, kan? :)
Çay semblohay itu sangat tenar, di mana saja kita menemukan orang sedang mengeteh dengan gelas itu. Di tengah pasar, di pinggir jalan, di sekitaran musala atau masjid, di restoran gede, bahkan di kampus. Pemandangan orang sedang memegang gelas, mengobrol didampingi gelas atau sedang mengadu bibir dengan bibir gelas teh ada di mana2.
Mas penjaga toko buku Homerkitabevi, di sekitar lapangan Sultan Ahmed, berpendapat lain. Tradisi Turki sebenarnya adalah ngopi, katanya, sambil menawari saya diskon 50% untuk buku tentang tradisi ngopi di Turki. Apapun cerita buku itu, kenyataan sebenarnya saat ini agak berbeda, saya kira, tapi entahlah kalau saya jadi membeli buku kopi itu juga.
Untuk sementara saya simpulkan bahwa di Eropa hanya ada satu setengah negara yang memiliki tradisi minum teh yang kuat, yaitu Inggris dan Turki. Kenapa satu setengah? Inggris dihitung satu, penuh. Sementara Turki hanya separuh. Separuhnya nyemplung ke Eropa, sepotong lagi masih di Asia... he he
Komentar
Posting Komentar