Pintu gerbang kampus |
Hal pertama yg dilakukan Sultan Ahmed Alfatih setelah menaklukkan Konstanstinopel, Juni 1453 adalah membangun rumah sakit dan sekolah.Rumah sakit untuk mengobati pasukannya dan pasukan musuh yang terluka. Sekolah untuk membangun negara. Kesehatan dan pendidikan rupanya merupakan bisnis utama beliau.
Medresa
yang beliau bangun pada tahun yang sama dengan penaklukan Konstatinopel itu
lalu berkembang menjadi universitas. Universitas tersebut bernama Ä°stambul
Ãœniversitesi atau Universitas Istanbul. Pada logo kampus itu tertera tahun
1453. Hanya berjarak beberapa saat saja setelah beliau menjatuhkan
Konstatinopel.
Pintu
masuk kampus adalah ikon universitas. Gerbang itu mirip Barndenburg di Berlin
tetapi lebih tua lagi. Bangunan menyerupai gerbang benteng itu adalah bangunan
bersejarah sejak zaman Romawi yg dulu bernama Forum Tauri yang dibangun oleh
Raja Constantine I. Kemudian, oleh Raja Theodosis I dibangun kembali dan
dinamai sesuai namanya, Forum of Theodosius, pada tahun 393.
Forum
adalah ruang publik yang berfungsi sebagai pasar atau pengadilan. Bahasa
Indonesia menyerap kata tersebut, baik bentuk, maupun maknanya. Forum dalam
bahasa Indonesia jg bermakna sidang (pengadilan), contohnya: perkara itu akan
dibawa ke dalam forum (sidang) terbuka. Makna lain forum dalam bahasa Indonesia
adalah tempat pertemuan untuk bertukar pikiran. Tidak berbeda dengan makna
asalnya.
Universitas
Istanbul adalah kampus para orang terkenal seperti presiden Turki Abdullah Gul,
Presiden Israel Yitzjak ben-Zvi, Perdana Menteri Israel David ben Gurion dan
Moshe Sharett, peraih nobel kimia Aziz Sancar sampai Orhan Pamuk, peraih Nobel
sastra terkenal itu. Pamuk termasyhur melalui bukunya yg berjudul Istanbul.
Kampus itu menempati rangking 300-an dunia versi Leiden World Rangking.
Tidak
jauh dari pintu gerbang kampus Universitas Istanbul di Fatih/Beyezid, Istanbul
ada pasar buku. Pasar buku itu sudah melayani kampus selama berabad-abad. Dari
nama dan tahun berdiri yg tertera di gerbang pasar itu diketahui bahwa pasar
buku itu sudah berkhidmat sejak tahun 1458, hanya lima tahun sejak berdirinya
kampus. Saat ini, di samping masih menjual buku umum, pasar buku atau sahaflar
çarsisi itu terkenal sebagai pusat jual-beli buku-buku kuno.
Gedung
rektorat kampus adalah bangunan tiga lantai bersejarah. Bangunan itu terbuat
dari marmer. Tangga, railing tangga, pagar, tiang2, dan lantai adalah marmer
berukir. Bukan marmer tempelan seperti biasa kita kenal tetapi marmer batangan
yang diukir menjadi tiang, railing tangga dan sebagainya. Persis seperti tiang-tiang penyangga kubah-kubah Hagia Sophia atau Basilica Cistern.
Beruntung,
konferensi tahunan Assosiation of Asian Lexicography atau Asialex2019 diadakan
di Istanbul, tepatnya di Universitas Istanbul, persisnya di gedung rektorat,
telaknya di lantai tiga. Ruang seminar berjendela besar, sehingga tiada yang
menghalangi pandangan dari keelokan Istanbul dan ikonnya dari lantai paling
atas itu.
Konferensi
ke-14 ini diikuti oleh 60 lebih universitas dan institusi dari 40 negara. Ada
empat pembicara kunci dari Hongkong University, University of Pretoria, Ghent
University, dan tuan rumah: Istanbul University. Seperti biasanya, konfetensi
Asialex menarik tidak saja orang Asia tetapi dari semua benua. Tahun ini daya
tarik konferensi berlipat karena diadakan di ibukota dunia versi Napoleon.
Dinding
dan langit-langit ruang seminar berikut lampu-lampu hias di gedung rektorat
adalah galeri seni lukisan dan ukiran yg indah berwarna-warni. Langit-langit
selasar juga mendapat sentuhan serupa. Salah seorang kawan yang melihat foto
seminar menyangka kami berada di salah satu ruangan museum istana Topkapi atau Dolmabahçe sedang
mendengarkan penjelasan dari pembimbing tur (tour guide).
Dari
jendela ruang seminar terpampang jelas Hagia Sophia. Ikon Istanbul itu
terbingkai dengan indah di jendela lengkap dengan kehijauan pepohonan di
sekitarnya. Pemandangan dari perpustakaan universitas lebih dahsyat lagi.
Jaraknya yg lebih dekat membuat Hagia Sophia seperti seolah-olah berada di
layar kaca raksasa yang terpateri di dinding perpustakaan. Indah bukan main!
Bagi
Indonesia, konferensi kali ini lebih bermakna, menarik, dan penting. Bermakna
karena Indonesia berkesempatan menjadi salah satu editor jurnal Lexicography yg
diterbitkan oleh Springer bersanding dengan para guru besar dari beberapa
perguruan tinggi dunia. Menarik karena berkesempatan membangun jejaring lebih
luas dan penting karena pengalaman mengikuti konferensi tahun ini akan menjadi
modal untuk kesuksesan acara serupa di Indonesia tahun depan di Asialex2020.
Selain
itu, tak kalah penting, Indonesia diminta menyampaikan eulogi atas meninggalnya
Pak Deny Arnos Kwary, Ph.d. salah seorang board member Asialex dan tokoh
leksikografi Indonesia. Berkaitan dengan berita duka ini, beberapa kali kami
menerima rasa bela sungkawa dari para peserta. Beberapa bahkan minta secara
khusus agar kami menghubungkan dengan keluarga almarhum.
Sejarah,
lokasi, dan keindahan bangunan universitas tidak saja seperti kapsul yg
memerangkap sejarah dan keindahan, tetapi sekaligus menggoda untuk
memantulkannya ke masa depan. Sesuai dengan moto Universitas Istanbul: bring
together East and West; the past and the future dan moto konferensi
Asialex2019: Lexicography: Past, Present, and Future. (AD)
Komentar
Posting Komentar