player atau flyer? |
Salah seorang petugas Kemhub bernama Pak Udin diwawancarai TV One Agustus lalu. Beliau menjelaskan tentang penerapan rekayasa lalu lintas yg baru. Kata beliau," kami membagikan player untuk sosialisasi aturan genap ganjil yang baru".
Saya
mengernyitkan dahi. Kenapa pulak player
yg harus dibagikan? Mungkin, dugaan saya, agar sosialisasi dapat terlaksana
dengan cepat dan baik, para player (mungkin maksudnya semacam pelaksana) akan dikerahkan ke berbegai
tempat. Usaha yang bagus sekali.
Tak lama
berselang, kami disuguhi gambar petugas berbaju biru muda membagikan selebaran
pada pengendara dan pejalan kaki. Ada takarir gambar yang menjelaskan tentang
kegiatan itu. Beberapa kali kata "player" yg sama muncul, tapi tempat
artikulasinya sudah bergeser dr bilabial /p/ ke labio-dental /f/, sehingga kami
tahu jalan ceritanya.
Yang
dimaksud adalah flayer atau selebaran.
Mungkin karena ingin menimbulkan reaksi tertentu dari pendengar, bapak di atas
betah menggunakan bentuk pertama dengan terseok-seok. Tak terpikir oleh beliau
apakah masyarakat paham atau salah paham.
Kunci
utama dalan berkomunikasi adalah bagaimana pesan yang dikirimkan dapat diterima
oleh semua pendengar dengan mudah. Untuk keperluan itu, semakin sederhana
sebuah pesan semakin mudah dan semakin banyak yang bisa tertangkap serta semakin banyak juga yang dapat menangkapnya.
Sederhana
pesan yg akan disampaikan, sederhana juga bahasa yg digunakan utk
menyampaikannya. Semakin sederhana, semakin kecil derau (noise) yang ada.
Penerimaan
dapat bermasalah kalau salah satunya tidak sederhana. Player di atas contohnya. Pesannya sederhana tapi media yg
digunakan dibuat tak sederhana. Pendengar berisiko untuk salah atau gagal paham.
Jadi,
kalau masih ingin menyampaikan pesan dengan cara tak sederhana, latihan dulu. Artikulasi konvensional kita perlu sekali dilatih dengan lafal-lafal baru agar terbiasa dan lentur. Caranya? pikirkan sendiri
he he (AD)
Komentar
Posting Komentar