Di KBBI (Kamus Besar bahasa Indonesia) ada entri "kotaklema". Entri itu tidak berdefinisi "kotak" plus "lema", tetapi merujuk pada physeter macrocephalus. Nama latin dari mamalia laut raksasa dengan mulut bergiginya yang terbesar di dunia. Nama itu berasal dari bahasa Lamaholot, di Pulau Lembata, Desa Lamalera, Nusa Tenggara Timur.
Bentuk kepala paus itu yang mengotak, sepertinya, menjadi acuan mereka menamai paus itu dengan kotaklema. Bahasa Inggis menyebut paus itu sperm whale yang merujuk pada spermasetin di kepala si paus kotak. Kanal televisi berbayar NatGeo menerjemahkannya dengan "paus sperma" di takarir bahasa Indonesianya.
Orang Lamaholot yang berdiam di desa Lamalera, Lembata itu tidak hanya memiliki panggilan "sayang" untuk si kepala kotak. Ada sekeranjang kosakata lain terkait alat dan konsep sekitar ikan paus itu dan perburuannya, contohnya "lamafa", "paledang", "leo", dan "tempuling".
Uniknya, huruf "L" hadir di setiap kata yang terkait dengan mamalia laut. Huruf tersebut ada juga di nama pulau (Lembata), desa (Lamalera), dan nama bahasanya (Lamaholot). Sangat khas dan identik. Mungkin mirip-mirip bunyi /ain/ atau /ha/ faringal dalam bahasa Arab.
KBBI tidak memasukkan, tepatnya belum, frasa "paus sperma" dalam entrinya. Entri adalah satuan kata yang diberi definsi di kamus, kata terdefinisi itu sendiri disebut "lema" yang biasanya ditebalkan. Dalam KBBI, entri "paus sperma" akan menjadi sinonim dari entri "kotaklema" yang telah ada dan akan memiliki makna sebagai "kotaklema" saja. Jadi kalau ingin tahu apa itu paus sperma, carilah definisinya di bawah lema kotaklema.
Cara itu memiliki beberapa keuntungan, di antaranya, pertama, informatif karena menambah pengetahuan, syukur-syukur kecintaan, terhadap kekayaan bahasa dan budaya Indonesia. Kedua, lebih praktis karena lebih singkat, hanya terdiri atas satu kata. Ketiga, fisiologis karena menggambarkan bentuk fisik si paus, sehingga mudah didentifikasi dan dibedakan dari belasan jenis paus yang ada.
Orang Lamalera, di Pulau Lembata, Nusa Tenggara Timur ternyata telah melakukan kejar-kejaran dengan mamalia laut itu sejak, konon, 1500 tahun lalu. Itu tradisi turun temurun. Jalur migrasi kawanan paus dari Laut Banda ke Samudra Indonesia yang hanya selemparan pancing dari halaman pulau mereka, mungkin, asal muasal tradisi itu. Berbeda dengan Kapten Ahab di novel Moby Dick, yang memburu si kotaklema untuk membalaskan sakit hatinya karena sebelah kakinya disangka pelet.
Kotaklema adalah paus paling identik. Bentuk kepalanya yang kotak, mulut yang berada di bawah kepala, bentuk sirip perut serta ekor sangat pas menjadi prototipe paus. Mirip-mirip mangga yg merupakan prototipe buah untuk orang Sunda. Tak salah kalau ia sering mewakili belasan jenis saudara pausnya di berbagai gambar dan sketsa. Bentuk fisik kotaklema itu menginspirasi kapal selam canggih milik RI, Nagapasa.
Ada saudara si kepala kardus yang acapkali menjadi peran pengganti. Namanya paus lodan. Orang Inggris menyebutnya humback whale. Paus ini sering digambarkan sebagai smiling whale. Bentuk dan warna perut serta mulut yang hampir setengah badan lebarnya terlihat seperti sedang tersenyum.
KBBI mencatat beberapa nama untuk ikan paus. Ups, ada yang menabukan ikan untuk paus karena ia mamalia. Jadi: paus saja, ikannya dicoret. Ada "gajah mina" atau gajah laut dan "ikan gajah". Cara penamaan yang unik, karena mengambil acuan ke hewan darat terbesar. Dari darat turun ke laut. Barangkali karena yang memberi namanya adalah petani atau peladang dari gunung.
Berbeda dengan "kotaklema" dan "baleo" yang dinamai oleh nelayan di pulau yang, mungkin, tak pernah melihat gajah sehingga acuan mereka adalah binatang laut. Alhasil, kalau diminta menamai gajah, misalkan, bisa jadi mereka akan menyebutnya "kotaklema darat" atau "paus darat".
Paus sperma seperti mengudeta singasana kotaklema. Pencarian di melalui salah satu buyut Mbah Google, Googletrends, menunjukkan pemakaian kotaklema dan paus sperma yang awalnya bersaing pada tahun 2010-an menjadi tak sebanding. Kotaklema bertambah jarang ditemukan dalam naskah, teks, maupun lisan akhir-akhir ini.
Tahun 2019, Googletrends hanya merekam "seuprit" pemakaian koteklema dan segerombolan penggunaan "paus sperma". Kondisi ini seperti menggambarkan populasi sebenarnya dari paus yang terus berkurang secara dramatis.
Tradisi berburu paus di banyak tempat seperti di Lamalera ditambah dengan dicabutnya moratorium berburu paus oleh pemerintah Jepang merupakan tsunami untuk mamalia laut gagah perkasa itu. Kalau Kapten Ahab membalaskan dendam kesumatnya karena menjadi tuna daksa gegara sebelah kakinya dikunyah oleh kotaklema. Entah tuna jenis apa yang sedang kita balaskan kepada pemilik nyanyian yang belum terpecahkan itu.
Tak mustahil kalau beberapa saat lagi entri kotaklema di KBBI akan dianugerahi label "Ark" atau arkais seperti "angkong" si becak beroda dua yang dihela orang, karena tak lagi digunakan tersebab acuannya sudah berpindah alam alias punah. (AD)
Palangkaraya, 28/11/2019
Komentar
Posting Komentar