Di sela-sela Kongres Bahasa Indonesia XI yang berlangsung beberapa saat yang lalu di Jakarta, saya berkesempatan mengobrol dengan seorang peserta kongres yang bercerita tentang gadis kecilnya yang fasih berbicara bahasa Minangkabau di rumah, lancar berbahasa Indonesia di sekolah, dan bergaul dalam bahasa Sunda yang capetang dengan teman sebaya di lingkungannya. Hal yang tidak biasa. Sebuah anomali di tengah semangat simplifikasi. Penguasaan atas beberapa bahasa memerlukan memori otak yang lebih besar dan struktur yang lebih rumit. Dwibahasawan dan poliglot berpotensi lebih cerdas dan cergas. Laporan penelitian di jurnal daring (onlinelibrary.wiley.com) September lalu mengungkapkan bahwa dwibahasawan dan poliglot memiliki kecerdasan spasial dan verbal lebih baik daripada ekabahasawan. Penelitian sebelumnya terhadap objek yang sama, yaitu mahasiswa kedokteran Universitas Cardiff, Inggris menunjukkan bahwa mahasiswa yang menguasai bahasa Yunani dan Latin memiliki penguasaan yang leb...
Coret-coretan yang lahir gegara "dikutuk" berdiri lama di kereta